Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Selasa, 05 April 2011

Goyang India Polisi Muda


Tugas sebagai polisi, apalagi di korps paramiliter Brigade Mobile, memang penuh tekanan. Berbeda dengan polisi lainnya, Korps Brimob dibebani fungsi untuk mampu menangani situasi darurat. Misalnya menangani kejahatan yang melibatkan senjata api, atau yang dalam menghadapinya dibutuhkan gerak cepat.

Polisi juga manusia, tentu butuh penyaluran akan hasrat seni--yang jelas dimiliki semua manusia. Ingat, seni adalah yang membuat manusia tetap menjadi manusia.

Maka, kita tak perlu bereaksi negatif melihat video yang sedang marak di jejaring sosial kita ini, video yang berisi aksi seorang anggota Korps Brimob (terlihat dari logo di bahu kanan sang petugas) yang menari sambil menirukan sebuah lagu India. Gayanya kocak dan segar. Simak videonya.
Si polisi diketahui bernama Norman Kamaru, berpangkat Brigadir Satu. Juru bicara Polda Gorontalo, Ajun Komisaris Besar Wilson Damanik, Senin (4/4) kemarin, menanggapi aksi Norman itu. Kata Wilson, tindakan Norman ternilai tak etis karena dua hal: Norman tengah menggunakan seragam, dan aksinya dilakukan di tengah tugas.

Polisi, kata Wilson, juga akan mengusut bagaimana video itu bisa menyebar di YouTube. Salah satu tautan yang sempat dipasang di artikel ini, kemarin, termasuk yang lenyap dihapus pengunggahnya. Tapi berbagai tautan video yang sama masih bisa ditemukan di YouTube.

Lagu India itu aslinya berjudul "Chaiyya Chaiyya", dinyanyikan oleh Sukhwinder Singh dan Sapna Awasthi. Lagu ini muncul di film Dil Se (1998) yang dibintangi Shahrukh Khan dan Malaika Arora. Pengarah musiknya adalah AR Rahman, yang lalu memenangi Oscar pada 2009 lewat aransemen musik dan lagu-lagu di Slumdog Millionaire (2008).

Lihat klip lagu ini, yang diambil dari film Dil Se:







Bershalawat Dengan “SAYYIDINA”, Shalatnya ?





Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah,terimakasih atas jawaban yg telah diberikan sehingga tidak ada keraguan lagi bagi kami.Dan selanjutnya kami ingin bertanya sbb.
Apakah betul mengucapkan kata Sayidina dalam shalat(tasyahud awal/akhir) tidak boleh, Yang boleh dan benar diucapkan hanya diluar shalat.
Terima kasih.
Majlis Zikir Al Ikhlas Jelojok Lombok Tengah NTB.

FORSANSALAF menjawab :
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Menyertakan kalimat SAYYIDINA dalam sighat shalawat atas Nabi ketika shalat tidak membatalkan shalat bahkan sebaliknya mayoritas ulama seperti Ibn Dhahirah, Ibn Hajar, al-Kurdi, az-Zayadi, al-Halibiy dan lainnya menyatakan bahwa menyertakannya dalam sighat shalawat lebih utama daripada meniadakannya. Adapun hadits Rasulullah SAW dalam tatacara bershalawat berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيدْ اَلْخُدْرِي قَالَ : قُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ هَذَا السَّلاَمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَليِّ عَلَيْكَ ؟ قَالَ ( قُوْلُوا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَباَرِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيْمَ )

Dari Abi Sa’id alkhudri berkata :” kami berkata kepada Rasulullah :” wahai Rasulullah, ini adalah salam untukmu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu ?”, maka Rasulullah berkata :” ucapkanlah :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا باَرَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمْ

, jika kita melihat hadits di atas, kita ketahui bahwa Rasulullah memerintahkan bacaan shalawat dengan tanpa menyertakan kalimat SAYYIDINA”. Hal ini akan memberikan kesan bahwa para ulama’ yang berpendapat lebih utama bershalawat dengan menyertakan kalimat “SAYYIDINA” itu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Mereka berpendapat demikian mendasarkan pada sulukul adab khoirun min imtitsalil amri” (adab kepada Rasulullah (dengan memanggil yang lebih mulia) adalah lebih utama daripada melaksanakan perintah beliau).
Namun sebagian ulama’ lainnya seperti alhabib Abdullah bin Alawi Al-Haddad mendasarkan pada imtitsalul amri khoirun min sulukil adab” (melaksanakan perintah Rasulullah lebih utama daripada memperhatikan adab), sehingga mereka menyatakan bershalawat dengan tanpa menyertakan kalimat SAYYIDINA itu lebih utama daripada dengan menyertakannya. [1]
Adapun riwayat hadits yang dijadikan hujjah larangan mengucapkan kalimat SAYYID kepada Rasulullah oleh sebagian golongan adalah tidak benar dan batil. Hadits yang mereka maksudkan adalah :

{ لاَ تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلاَةِ }

“ janganlah kalian mengucapkan kalimat “sayyid” kepadaku”
Hadits ini tidak memiliki dasar sama sekali, bahkan dalam segi bahasa termasuk kesalahan fatal yang tidak mungkin diucapkan oleh Nabi sebagai paling fasihnya orang arab dalam bertutur kata. Hal ini dikarenakan kalimat sayyidberasal dari kata “  سَادَ – يَسُوْدُ  “ , yang seharusnya ketika menginginkan makna seperti dalam hadits, maka dengan redaksi “ لاَ تُسَوِّدُوْنِي “ dan bukanlah dengan “ لاَ تُسَيِّدُونِي  “ . Oleh karena itu, pernyataan ini tidak bisa dijadikan hujjah pelarangan memanggil sayyid kepada Rasulullah SAW. [2]
[1] حواشي الشرواني – (ج 2 / ص 86)
قوله: (على محمد) والافضل الاتيان بلفظ السيادة كما قاله ابن ظهيرة وصرح به جمع وبه أفتى الشارح لان فيه الاتيان بما أمرنا به وزيادة الاخبار بالواقع الذي هو أدب فهو أفضل من تركه وإن تردد في أفضليته الاسنوي.وأما حديث: لا تسيدوني في الصلاة فباطل لا أصل له كما قاله بعض متأخري الحفاظ وقول الطوسي: إنها مبطلة غلط شرح م ر اه سم عبارة شرح بافضل: ولا بأس بزيادة سيدنا قبل محمد اه. وقال المغني: ظاهر كلامهم اعتماد عدم استحبابها اه. وتقدم عن شيخنا أن المعتمد طلب زيادة السيادة وعبارة الكردي واعتمد النهاية استحباب ذلك وكذلك اعتمده الزيادي والحلبي وغيرهم وفي الايعاب الاولى سلوك الادب أي فيأتي بسيدنا وهو متجه اه. قال ع ش: قوله م ر:لان فيه الاتيان الخ يؤخذ من هذا من سن الاتيان بلفظ السيادة في الاذان وهو ظاهر لان المقصود تعظيمه (ص) بوصف السيادة حيث ذكر اهـمغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج  – (ج 2 / ص 400)
قَالَ فِي الْمُهِمَّاتِ : وَاشْتُهِرَ زِيَادَةُ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّدٍ ، وَفِي كَوْنِهَا أَفْضَلَ نَظَرٌ وَفِي حِفْظِي أَنَّ الشَّيْخَ عِزَّ الدِّينِ بَنَاهُ عَلَى أَنَّ الْأَفْضَلَ سُلُوكُ الْأَدَبِ أَمْ امْتِثَالُ الْأَمْرِ ؟ فَعَلَى الْأَوَّلِ يُسْتَحَبُّ دُونَ الثَّانِي . ا هـ . وَظَاهِرُ كَلَامِهِمْ اعْتِمَادُ الثَّانِي ،
إعانة الطالبين – (ج 1 / ص 201)
(قوله: وهو اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إلخ) قال في شرح البهجة الكبير ما نصه: وفي الاذكار وغيره: الافضل أن يقول: اللهم صل على سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الامي وعلى آل محمد وأزواجه وذريته كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم.وبارك على محمد النبي الامي وعلى آل محمد وأزواجه وذريته كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم. في العالمين إنك حميد مجيد. اه ع ش.
فتح المعين – (ج 1 / ص 200)
(ويسن أكملها في تشهد) أخير، وهو: اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، إنك حميد مجيد. والسلام تقدم في التشهد فليس هنا إفراد الصلاة عنه، ولا بأس بزيادة سيدنا قبل محمد.
[2] أسنى المطالب  – (ج 2 / ص 466)

قَالَ فِي الْمُهِمَّاتِ وَاشْتُهِرَ زِيَادَةُ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّدٍ وَفِي كَوْنِهِ أَفْضَلَ نَظَرٌ وَفِي حِفْظِي أَنَّ الشَّيْخَ عِزَّ الدِّينِ بَنَاهُ عَلَى أَنَّ الْأَفْضَلَ سُلُوكُ الْأَدَبِ أَمْ امْتِثَالُ الْأَمْرِ فَعَلَى الْأَوَّلِ يُسْتَحَبُّ دُونَ الثَّانِي انْتَهَى . قَوْلُهُ : فَعَلَى الْأَوَّلِ يُسْتَحَبُّ دُونَ الثَّانِي ) قَالَ ابْنُ ظَهِيرَةَ الْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ كَمَا صَرَّحَ بِهِ جَمْعٌ وَبِهِ أَفْتَى الْجَلَالُ الْمَحَلِّيُّ جَازِمًا بِهِ قَالَ ؛ لِأَنَّ فِيهِ الْإِتْيَانَ بِمَا أُمِرْنَا بِهِ وَزِيَادَةَ الْإِخْبَارِ بِالْوَاقِعِ الَّذِي هُوَ أَدَبٌ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنْ تَرْكِهِ ، وَإِنْ تَرَدَّدَ فِي أَفْضَلِيَّتِهِ الْإِسْنَوِيُّ .ا هـ .وَحَدِيثُ { لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ } بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ مُتَأَخِّرِي الْحُفَّاظِ وَقَوْلُهُ الْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ أَشَارَ إلَى تَصْحِيحِهِ 

Zumber:http://www.forsansalaf.com