Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Rabu, 11 Mei 2011

In Picture: Inilah Para Wanita Sohor yang Tak Sekadar Jadi Mualaf Tapi Juga "Humas" Muslim







SARAH JOSEPH - Tertarik menganut Islam karena terkesima dengan gerakan shalat. Ia kini pemimpin redaksi Majalah Muslimah Emel yang terbesar di Inggris. Ia rajin menuangkan pemikirannya melalui tulisan. (emel)
















HANA TAJIMA SIMPSON - Menganut Islam tahun 2000-an. Blesteran Inggris-Jepang itu tinggal di London dan dikenal sebagai salah satu ikon generasi muda Muslim modern Inggris. (bbc















HANA TAJIMA SIMPSON - Berdakwah melalui busana. (Hana Tajima Blog) (.)














TAYYIBAH TAYLOR - Berdarah Trinidad dan menjadi Muslim setelah tinggal di Amerika Serikat. Peraih New American Media National Ethnic Journalism Award 2009 dan Media Award from the Concerned Black Clergy of Atlanta 2005 ini kini aktif berdakwah dan menyuara (.)

 

 

 

 

 

 

KRISTIANE BACKER - Mantan VJ MTV Eropa ini menganut Islam tahun 1990-an. Wanita kelahiran Hamburg Jerman tahun 1965 ini menuangkan pilihannya pada Islam dalam dua bukunya, From MTV to Mecca: How Islam Has Changed My Life, dan Islam as a Way of the Heart: W (.)

 

 

 

 

 

 

 KRISTIANE BACKER menjadi model untuk kampanye anti-Islamophobia (bbc) (.)
















MYRIAM FRANCOIS CERRAH - Mantan aktris cilik - pernah bermain di film sohor, Sense and Sensibility - ini memilih Islam sebagai keyakinan barunya setelah menginjak usia dewasa. Jebolan Fakultas Filsafat Universitas Cambridge ini kini dikenal sebagai penulis (.)


Sebuah riset di Eropa menyebutkan jumlah mualaf perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Meski demikian, riset yang dilansir oleh Christian Science Monitor beberapa waktu lalu itu tidak menyebut angka statistik yang pasti.

Sebelumnya, berbagai media ternama di Inggris menyebut meroketnya jumlah mualaf di negeri mereka -- sebagian besar motornya adalah kaum wanita.

Dilansir The Daily Star, mengutip studi Kevin Brice dari Swansea University, sebagian besar mualaf itu juga mengenakan jilbab, tetapi cenderung tidak setuju memakai cadar.

Penelitian yang dilakukan untuk organisasi keanekaragaman ras Faith Matters menemukan 5.200 orang masuk Islam di Inggris tahun lalu. “Banyak wanita yang merasa jenuh dengan gaya hidup masyarakat Barat…. Mereka lebih suka pendekatan yang sifatnya lebih spiritual,” tulis The Daily Star mengutip Fiyaz Mughal, Direktur Faith Matters.

Bahkan, di antara mereka, ada juga beberapa yang sebelumnya telah menjadi pesohor. Kini, tak sekadar pindah agama, mereka juga aktif menjadi corong umat Islam. Siapa sajakah mereka, foto di atas beberapa  di antara mereka.


Mualaf Sunda Kelapa Segera Merilis DVD Tausyiah
Dakwah bisa dilakukan kapan pun dan menggunakan medium apa pun.  Prinsip itu disadari betul Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK). Karenanya, paguyuban mualaf yang  belum genap setahun ini segera merilis DVD Tausyiah. Kehadiran DVD tersebut merupakan bagian dari program pembinaan mualaf yang selama ini sudah digeliatkan.

“Alhamdulillah, kami tengah menyiapkan materi tausyiah DVD yang dikhususkan untuk pembinaan para mualaf,” papar sekretaris Paguyuban Mualaf, Alisya Fianne Jane Braja saat dihubungi republika.co.id, Jum’at Sore, (6/5).

Dijelaskan Fianne, DVD itu berisikan materi tausyiah yang berasal dari materi  yang diberikan para ustad saat membimbing para mualaf dalam pengajian dua mingguan yang rutin digelar MASK. Yang istimewa, kata dia, ustad yang mengisi materi dalam DVD tersebut dahulunya merupakan mualaf yang selanjutnya aktif dalam kegiatan syiar Islam. Adapun ustad yang dimaksudkan Fianne adalah Ustad Syamsul Arifin Nababandan Ustad Ihsan Mokoginta.

 “Mereka (ustad) dalam DVD tersebut akan memberikan pengalaman-pengalaman berikut dengan pengetahuan mereka tentang Islam. Ini penting untuk menjadi motivasi kepada para mualaf yang tengah mendalami Islam,” kata dia.

Selain berisikan tausyiah, DVD tersebut juga akan bermaterikan lagu-lagu Islami yang digarap oleh para mualaf. Lagu-lagu itu sudah selesai digarap. Sebagai pelengkapnya, kata Fianne, lagu-lagu tersebut juga akan diisikan video klip. Videonya sendiri tengah dalam proses syuting. “Pokoknya, medium apa pun harus digunakan termasuk salah satunya menggunakan lagu,” kata dia.

Asal muasal ide pembuatan DVD itu, menurut Fianne, awalnya berangkat dari banyaknya kesibukan yang dijalani para mualaf. Kesibukan itu, menurut dia, menyebabkan banyak materi pembinaan yang harusnya disampaikan terputus. Sebab itu, untuk mengatasinya, ide untuk membuatkan DVD mengemuka.

“Dengan DVD, bagi mualaf yang punya kesibukan dan tidak bisa hadir dalam proses pembinaan bisa mendengarkannya dimanapun, di kantor, saat berkendara atau di rumah. Jadi, paling tidak proses pembinaan harus berlanjut,” papar dia.

Sejauh ini, menurut Fianne, pengumpulan materi tausyiah sudah dilakukan sejak Januari lalu. Nantinya, materi itu akan diproduksi sebulan sekali. Fianne mengatakan bagi mualaf yang tertarik tentu bisa mendapatkan dengan hanya membayarkan infak untuk mengganti biaya produksi saja.

”Ya, ini hanya satu bagian saja dari usaha kami. Selanjutnya mungkin ada opsi lain yang bisa dimanfaatkan agar mereka para mualaf bisa terus mendekatkan diri dengan syiar islam. Dan yang paling penting, antusisme mereka (mualaf) tentang ide ini luar biasa,” kata dia.


Mualaf Perempuan Lebih Aktif Mendalami Islam
Sebuah riset di Eropa menyebutkan jumlah mualaf perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Meski demikian, riset yang dilansir oleh Christian Science Monitor beberapa waktu lalu itu tidak menyebut angka statistik yang pasti.

Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dr Amany Lubis, menuturkan secara umum perempuan mualaf memeluk Islam didasarkan atas dua hal, yakni Islam memberikan jaminan keseteraan hak dan penghargaan terhadap perempuan. “Kedua hal ini merupakan daya tarik yang besar bagi mereka. Sebabnya, mereka tidak ragu untuk memeluk Islam,” kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (6/5).

Namun, yang menjadi catatan lain Amany soal tren mualaf perempuan adalah keaktifan mereka saat mendalami Islam. Menurut dia, dalam sejumlah kasus banyak perempuan yang selain mendapatkan dukungan dari dirinya sendiri juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Kendati keluarga mereka tidak memeluk Islam.

“Dari berbagai kasus, ada keluarga yang mensyaratkan kepada anak perempuan mereka saat berpindah agama untuk mendalami agama yang dipilihnya. Kondisi itu menjadi motivasi mereka,” papar dia. Sekalipun tidak didukung, Amany menambahkan, mualaf perempuan akan terus melanjutkan usahanya untuk mendalami Islam dengan konsekuensi tertentu.

Keaktifan itu, kata Amany, juga merujuk pada posisi perempuan sebagai calon ibu yang tentu berpikir bahwa mereka perlu memperkuat iman mereka sebagai bekal mendidik keimanan buah hatinya.”Sudah menjadi fitrah buat kaum perempuan untuk membina keluarga dan mendidik anak-anak mereka,”  kata dia.

Disinggung apakah keaktifan itu lantaran banyaknya waktu luang, Amany tidak sependapat. Menurut dia, perempuan itu cerdas. Mereka akan memanfaatkan waktu yang demikian sempit untuk bisa mendalami Islam. Jadi, kata Amany, kendati tidak ada waktu luang, perempuan bisa mencari celah. “Mereka bisa jadi sibuk. Namun, ketika niatan mendalami Islam sudah terpatri maka mereka tetap mendalami Islam,” pungkas dia.


Sebelum Menganut Islam, Faustino Pernah Lempari Mushala dengan Batu
Tak ada mimpi bukan pula ajakan dari seseorang. Namun dalam lubuk hati terdalam, Faustino begitu tertarik dengan Islam. Perkenalan Muhammad Ilyas, demikian nama baru Faustino, dengan Islam terbilang biasa-biasa saja. Bahkan, dia sempat beradu mulut dengan seorang Muslim yang kala itu tengah membangun sebuah mushala.

Ia tersinggung, si Muslim menganggap remeh peringatannya soal kemungkinan banjir.  Apalagi, diskusi berubah menjadi saling memojokkan ajaran agama masing-masing. Ia mengambil batu, melempari mushala itu.

Namun, setelah amarah reda, ia membenarkan si Muslim tentang materi perdebatan itu.  Dia pun mulai banyak membaca buku dan berdiskusi. Dia pun tahu, fakta yang dibicarakan si Muslim dalam perdebatan sengit itu ternyata benar.

Singkat cerita, Ilyas pun berinisiatif mendatangi mushala untuk bertemu sang kakak yang telah menjadi penganut Islam. Saat itu, usai jajak pendapat, suasana Timor Leste sangat mencekam. Muslim dimusuhi.

Saat itu, lepas tengah malam. "Mengapa kau ke sini," tanya sang kakak, seperti ditirukan Faustino. Ia was was, di belakang adiknya ada orang lain yang akan menyeretnya keluar, bahkan membunuhnya.

Melihat kondisi aman, sang kakak mengatakan agar ia besok pagi datang lagi, bertemu Pak haji, ketua takmir mushala.

Pagi, pukul 09.00 di bulan Februari 2008, Faustino mengikrarkan dua kalimat syahadat.


Usai memeluk Islam, ia memutuskan untuk pergi ke Dili untuk belajar Islam. "Sudah masuk Islam tapi tidak tahu apa-apa. Akhirnya saya lari ke Dili, ibukota Timor Leste, saya belajar disana,” katanya.

Selama belajar di Dili, kemampuan Faustino tidak berubah. Ia labil. Dalam kondisi ini, seorang temannya yang telah lebih dulu menganut islam, mengiriminya satu keeping CD dialog Ustadz Nababan dengan seorang Nasrani. Dalam CD tersebut, diceritakan bagaimana Ustad Nababan berhasil mematahkan setiap dalil dari kitab suci lamanya. Dari CD itu, keimanan Ilyas yang labil segera naik kembali.

“Saya makin mantap memilih Islam sebagai jalan kehidupan," ungkap pria yang kini sehari-hari dipanggil Ilyas itu.

Ilyas pun memutuskan untuk hijrah ke Jepara pada tahun 2008. Di pondok itu, Ilyas harus belajar dengan anak kecil. “ Saya di pondok itu, ada dua teman dari Timor Leste, kami yang tertua. Dan kami sama sekali tidak bisa membaca huruf Arab, tapi Alhamdulillah, dengan belajar, saya pun bisa,” kenang dia.

Selepas dari pesantren di Jepara, Ilyas pun ingin melanjutkan pendidikan di Jakarta. Ternyata, mencari pendidikan Islam di Jakarta begitu sulit bagi Ilyas. Sejumlah tempat dia sambangi. Dia bahkan sempat mengunjungi masjid Kubah Emas. Di masjid itu, Ilyas mendapat diarahkan untuk mengunjungi pesantren AJ-Jamiah.

Namun sayang, pesantren  tersebut sudah penuh.  Terasa patah arang, Ilyas mengunjungi rumah ustadz Arifin Ilham. Lagi-lagi, Ilyas harus menerima kenyataan pahit; yayasan hanya menerima anak yatim dan piatu.

Beruntung, ada yang menuntunnya bertemu Ustadz Nababan. Akhirnya, ia belajar di pesantren Pembinaan Muallaf Annaba’ Center, Tangerang Selatan.

Sayangnya, cita-cita Ilyas di sekolah formal kandas. Rahasia keislamannya yang semula ditutup rapat, bocor pada orang tuanya. Biaya pendidikan pun terhenti.

“Orang tua saya hanya tahu kalau saya kuliah di Jawa. Mereka tidak tahu kalau saya sudah memeluk Islam,” kata dia.  Kini, komunikasi antara Ilyas dan keluarganya terputus. Tiga bulan lalu, Ilyas coba mengontak keluarganya. Namun, tidak jua mendapatkan balasan.

Kuliahnya terhenti, karena tak ada biaya  lagi.

Dia berharap, suatu saat bisa meneruskan kuliah. Sambil terus menekuni jalan dakwah. "Insya Allah, saya mantap dengan Islam," katanya.






Mualaf Sunda Kelapa Segera Merilis DVD Tausyiah









Masjid sunda kelapa

Dakwah bisa dilakukan kapan pun dan menggunakan medium apa pun.  Prinsip itu disadari betul Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK). Karenanya, paguyuban mualaf yang  belum genap setahun ini segera merilis DVD Tausyiah. Kehadiran DVD tersebut merupakan bagian dari program pembinaan mualaf yang selama ini sudah digeliatkan.

“Alhamdulillah, kami tengah menyiapkan materi tausyiah DVD yang dikhususkan untuk pembinaan para mualaf,” papar sekretaris Paguyuban Mualaf, Alisya Fianne Jane Braja saat dihubungi republika.co.id, Jum’at Sore, (6/5).

Dijelaskan Fianne, DVD itu berisikan materi tausyiah yang berasal dari materi  yang diberikan para ustad saat membimbing para mualaf dalam pengajian dua mingguan yang rutin digelar MASK. Yang istimewa, kata dia, ustad yang mengisi materi dalam DVD tersebut dahulunya merupakan mualaf yang selanjutnya aktif dalam kegiatan syiar Islam. Adapun ustad yang dimaksudkan Fianne adalah Ustad Syamsul Arifin Nababandan Ustad Ihsan Mokoginta.

 “Mereka (ustad) dalam DVD tersebut akan memberikan pengalaman-pengalaman berikut dengan pengetahuan mereka tentang Islam. Ini penting untuk menjadi motivasi kepada para mualaf yang tengah mendalami Islam,” kata dia.

Selain berisikan tausyiah, DVD tersebut juga akan bermaterikan lagu-lagu Islami yang digarap oleh para mualaf. Lagu-lagu itu sudah selesai digarap. Sebagai pelengkapnya, kata Fianne, lagu-lagu tersebut juga akan diisikan video klip. Videonya sendiri tengah dalam proses syuting. “Pokoknya, medium apa pun harus digunakan termasuk salah satunya menggunakan lagu,” kata dia.

Asal muasal ide pembuatan DVD itu, menurut Fianne, awalnya berangkat dari banyaknya kesibukan yang dijalani para mualaf. Kesibukan itu, menurut dia, menyebabkan banyak materi pembinaan yang harusnya disampaikan terputus. Sebab itu, untuk mengatasinya, ide untuk membuatkan DVD mengemuka.

“Dengan DVD, bagi mualaf yang punya kesibukan dan tidak bisa hadir dalam proses pembinaan bisa mendengarkannya dimanapun, di kantor, saat berkendara atau di rumah. Jadi, paling tidak proses pembinaan harus berlanjut,” papar dia.

Sejauh ini, menurut Fianne, pengumpulan materi tausyiah sudah dilakukan sejak Januari lalu. Nantinya, materi itu akan diproduksi sebulan sekali. Fianne mengatakan bagi mualaf yang tertarik tentu bisa mendapatkan dengan hanya membayarkan infak untuk mengganti biaya produksi saja.

”Ya, ini hanya satu bagian saja dari usaha kami. Selanjutnya mungkin ada opsi lain yang bisa dimanfaatkan agar mereka para mualaf bisa terus mendekatkan diri dengan syiar islam. Dan yang paling penting, antusisme mereka (mualaf) tentang ide ini luar biasa,” kata dia.







Mualaf Perempuan Lebih Aktif Mendalami Islam








Sebuah riset di Eropa menyebutkan jumlah mualaf perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Meski demikian, riset yang dilansir oleh Christian Science Monitor beberapa waktu lalu itu tidak menyebut angka statistik yang pasti.

Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dr Amany Lubis, menuturkan secara umum perempuan mualaf memeluk Islam didasarkan atas dua hal, yakni Islam memberikan jaminan keseteraan hak dan penghargaan terhadap perempuan. “Kedua hal ini merupakan daya tarik yang besar bagi mereka. Sebabnya, mereka tidak ragu untuk memeluk Islam,” kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (6/5).

Namun, yang menjadi catatan lain Amany soal tren mualaf perempuan adalah keaktifan mereka saat mendalami Islam. Menurut dia, dalam sejumlah kasus banyak perempuan yang selain mendapatkan dukungan dari dirinya sendiri juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Kendati keluarga mereka tidak memeluk Islam.

“Dari berbagai kasus, ada keluarga yang mensyaratkan kepada anak perempuan mereka saat berpindah agama untuk mendalami agama yang dipilihnya. Kondisi itu menjadi motivasi mereka,” papar dia. Sekalipun tidak didukung, Amany menambahkan, mualaf perempuan akan terus melanjutkan usahanya untuk mendalami Islam dengan konsekuensi tertentu.

Keaktifan itu, kata Amany, juga merujuk pada posisi perempuan sebagai calon ibu yang tentu berpikir bahwa mereka perlu memperkuat iman mereka sebagai bekal mendidik keimanan buah hatinya.”Sudah menjadi fitrah buat kaum perempuan untuk membina keluarga dan mendidik anak-anak mereka,”  kata dia.

Disinggung apakah keaktifan itu lantaran banyaknya waktu luang, Amany tidak sependapat. Menurut dia, perempuan itu cerdas. Mereka akan memanfaatkan waktu yang demikian sempit untuk bisa mendalami Islam. Jadi, kata Amany, kendati tidak ada waktu luang, perempuan bisa mencari celah. “Mereka bisa jadi sibuk. Namun, ketika niatan mendalami Islam sudah terpatri maka mereka tetap mendalami Islam,” pungkas dia.







Sebelum Menganut Islam, Faustino Pernah Lempari Mushala dengan Batu









Tak ada mimpi bukan pula ajakan dari seseorang. Namun dalam lubuk hati terdalam, Faustino begitu tertarik dengan Islam. Perkenalan Muhammad Ilyas, demikian nama baru Faustino, dengan Islam terbilang biasa-biasa saja. Bahkan, dia sempat beradu mulut dengan seorang Muslim yang kala itu tengah membangun sebuah mushala.

Ia tersinggung, si Muslim menganggap remeh peringatannya soal kemungkinan banjir.  Apalagi, diskusi berubah menjadi saling memojokkan ajaran agama masing-masing. Ia mengambil batu, melempari mushala itu.

Namun, setelah amarah reda, ia membenarkan si Muslim tentang materi perdebatan itu.  Dia pun mulai banyak membaca buku dan berdiskusi. Dia pun tahu, fakta yang dibicarakan si Muslim dalam perdebatan sengit itu ternyata benar.

Singkat cerita, Ilyas pun berinisiatif mendatangi mushala untuk bertemu sang kakak yang telah menjadi penganut Islam. Saat itu, usai jajak pendapat, suasana Timor Leste sangat mencekam. Muslim dimusuhi.

Saat itu, lepas tengah malam. "Mengapa kau ke sini," tanya sang kakak, seperti ditirukan Faustino. Ia was was, di belakang adiknya ada orang lain yang akan menyeretnya keluar, bahkan membunuhnya.

Melihat kondisi aman, sang kakak mengatakan agar ia besok pagi datang lagi, bertemu Pak haji, ketua takmir mushala.

Pagi, pukul 09.00 di bulan Februari 2008, Faustino mengikrarkan dua kalimat syahadat.


Usai memeluk Islam, ia memutuskan untuk pergi ke Dili untuk belajar Islam. "Sudah masuk Islam tapi tidak tahu apa-apa. Akhirnya saya lari ke Dili, ibukota Timor Leste, saya belajar disana,” katanya.

Selama belajar di Dili, kemampuan Faustino tidak berubah. Ia labil. Dalam kondisi ini, seorang temannya yang telah lebih dulu menganut islam, mengiriminya satu keeping CD dialog Ustadz Nababan dengan seorang Nasrani. Dalam CD tersebut, diceritakan bagaimana Ustad Nababan berhasil mematahkan setiap dalil dari kitab suci lamanya. Dari CD itu, keimanan Ilyas yang labil segera naik kembali.

“Saya makin mantap memilih Islam sebagai jalan kehidupan," ungkap pria yang kini sehari-hari dipanggil Ilyas itu.

Ilyas pun memutuskan untuk hijrah ke Jepara pada tahun 2008. Di pondok itu, Ilyas harus belajar dengan anak kecil. “ Saya di pondok itu, ada dua teman dari Timor Leste, kami yang tertua. Dan kami sama sekali tidak bisa membaca huruf Arab, tapi Alhamdulillah, dengan belajar, saya pun bisa,” kenang dia.

Selepas dari pesantren di Jepara, Ilyas pun ingin melanjutkan pendidikan di Jakarta. Ternyata, mencari pendidikan Islam di Jakarta begitu sulit bagi Ilyas. Sejumlah tempat dia sambangi. Dia bahkan sempat mengunjungi masjid Kubah Emas. Di masjid itu, Ilyas mendapat diarahkan untuk mengunjungi pesantren AJ-Jamiah.

Namun sayang, pesantren  tersebut sudah penuh.  Terasa patah arang, Ilyas mengunjungi rumah ustadz Arifin Ilham. Lagi-lagi, Ilyas harus menerima kenyataan pahit; yayasan hanya menerima anak yatim dan piatu.

Beruntung, ada yang menuntunnya bertemu Ustadz Nababan. Akhirnya, ia belajar di pesantren Pembinaan Muallaf Annaba’ Center, Tangerang Selatan.

Sayangnya, cita-cita Ilyas di sekolah formal kandas. Rahasia keislamannya yang semula ditutup rapat, bocor pada orang tuanya. Biaya pendidikan pun terhenti.

“Orang tua saya hanya tahu kalau saya kuliah di Jawa. Mereka tidak tahu kalau saya sudah memeluk Islam,” kata dia.  Kini, komunikasi antara Ilyas dan keluarganya terputus. Tiga bulan lalu, Ilyas coba mengontak keluarganya. Namun, tidak jua mendapatkan balasan.

Kuliahnya terhenti, karena tak ada biaya  lagi.

Dia berharap, suatu saat bisa meneruskan kuliah. Sambil terus menekuni jalan dakwah. "Insya Allah, saya mantap dengan Islam," katanya.