Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Senin, 12 November 2012

Ketika Sebuah Lagu Mengingatkanmu


Trafalgar Square

Ketika Sebuah Lagu Mengingatkanmu

oleh Winny Widya pada 12 November 2012 pukul 14:18
Mendapat kiriman sebuah lagu Mandarin itu "sesuatu" buatku. Dua hari yang lalu seseorang mengirim lagu ini di BB tanpa kuminta, rupanya dia masih ingat saya pernah menyebut lagu ini sebagai salah satu lagu favoritku. Saya adalah seorang unexpected song fans, dalam arti apapun jenis musiknya, jika lagu itu teramat merdu dan terdengar indah di telinga dan rasaku, pasti aku akan sangat mencintainya hingga akan kuabadikan dalam hard disk atau perangkat BB-ku meski orang-orang akan mengernyitkan dahinya memandangku heran. 

Entahlah lagu ini mengisahkan tentang apa. Tapi sekian lama, lagu ini satu-satunya lagu Mandarin yang ku tahu dan kusukai. Terdengar mendayu dan sedikit melo. Pada lagu ini ada sebuah kisah yang menyayat hati di kenangan masa remajaku. 

Seorang gadis berdarah keturunan Tiong Hoa yang teramat jelita bertempat tinggal tak jauh dari rumahku. Mei Han begitu kami mengenalnya. Kecantikannya dikenal di setiap penjuru tempat, membuat tanah tempat dia berpijak pun seakan tak mau lepas dari sentuhan lembut telapak kakinya. Semua pemuda membicarakannya.Semua gadis pun dekat pada merasa cemburu kepadanya (kecuali penulis mungkin ya )

Namun sang gadis bermata hujan itu telah jatuh cinta pada seorang pemuda setempat.
 Tak ada masalah apapun yang seharusnya menghalangi cinta mereka kecuali hal suku dan agama.
Sebuah cerita klise di masyarakat kita sejak waktu yang lama, namun tak pernah benar-benar hilang dari dunia kita yang ramai. Selalu muncul dalam sekian masa, dan nampaknya akan terus ada karena cinta tak bisa dicegah kemana kan hinggap rupanya. 

Singkat cerita saja ( penulis fb malas harus dimaklumi ), keduanya melakukan perjalanan panjang hingga ke negeri yang jauh di Inggris sana. Di sebuah public area Trafalgar Square di pusat kota London mereka terakhir terlihat. Sesudah itu menghilang tanpa jejak tanpa bekas ! Keluarganya di Bandung sana menangisi sekaligus mengutuk kehilangan ini. Ibu yang melahirkan membesarkan tak pernah melewatkan malam-malamnya melainkan dalam sedu tangisnya. Ayah yang penyang pun menua dalam sakit hatinya. Dan saya pun tak pernah mendengar kabar tentang mereka lagi hingga saat ini.

Hanya saja, lagu Ye Liang Thai Piao Wo Te Sin ini terlalu memeras hati. Cinta mungkin dapat membuat sepasang kekasih tak perdulikan apapun lagi. Hasrat tak terperisai telah menutup segala jalan. 


Meletup-letup tanya dalam sukma. Adakah ini yang dinamakan cinta, jika mengalahkan cinta lain yang telah lebih dahulu bertahta ? Bukankah Ibu telah mencinta dalam limpahan pemberian tak berbatas ? Bukankah Ayah pun telah mengasihi dalam pengorbanan tak berhingga ? Adakah itu semua tak berarti di haribaan kasmaran dua sejoli yang dirundung cinta ? Entahlah ...

Alunan lagu itu masih mengalir lembut di ruang kamarku.Dan masih hadir tanya dalam simak, entah ia sedang bercerita tentang apa.
Bogor, 13 November 2012 
Sumber: Winny Widya
You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
2.   SURAT 3. ALI 'IMRAN             


PENTING : Jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)

Mengintip Bayang-Bayang





Mengintip Bayang-Bayang

oleh Winny Widya pada 6 November 2012 pukul 11:53
Bismillah ...
Sekitar satu minggu menunggu putriku Zahra di rumah sakit, ditambah beberapa hari sebelumnya menjadi detektif yang pergi kesana kemari yang berhubungan dengan dokter, tabib dan obat-obatan, guna menyelidiki si misterius yang belakangan ini menggoda tubuh mungil itu, membuatku terjauh dari sudut favorit di rumahku tempat aku biasa menuangkan buah fikiran dan perasaanku dalam laptop mungil kesayanganku. Namun, hal itu tak menggangguku, karena perhatianku selama itu akan dan selamanya tercurah untuk kesembuhan Zahra.

Mungkin aku sering merasa jenuh, tapi hal itu lekas hilang jika kemudian aku telah bersenyawa dengan buku agenda atau pensil-ku. Dalam saat-saat yang memungkinkan di rumah sakit, dimana mata yang sedang terbaring sakit sedang terpejam, aku bisa segera asyik menggoreskan pensil di buku agendaku,entah itu sekedar mencoret-coreti lembarnya dengan prosa ataupun puisi,  atau menggambar sketsa wajah Zahra yang sedang lena dan labu infus-nya yang menetes-netes mengetuk-ngetuk palung hatiku.

Pada saat-saat seperti itu, sering aku teringat pada masa setahun yang lalu. Di tempat beraroma obat yang sama, di sebuah rumah sakit di Bandung saat menunggui papaku yang terbaring sakit. Saat itu tiga hari sepeninggal almarhum Mama yang mendahuluinya menghadap Ar-Rahman, papaku tersenyum kepadaku. Seakan berterimakasih telah sudi menjadi kawannya di ruang yang sepi, serba putih dan bersih itu.


Papa jarang sekali berkata-kata, bahkan untuk sampai pada pertolongan dokter di rumah sakitpun beliau tak hendak membuat sulit putri-putrinya. Namun rintihannya dalam menahan sakit membuat kami tersadar, bahwa selama perhatian kami terpusat demi kesembuhan almarhum Mama dari cengkeraman Leukemia (kanker darah), Papa pun sesungguhnya sedang menanggung sakit juga. Aduhai, kami menanggung malu dihadapan kesabaran dan ketabahannya.

Dalam berduaan dengan lelaki sepuh yang kupanggil ia Papa, dan sejak kecil tak pernah merasa terlalu dekat dengannya karena sifat pendiamnya, aku merasakan hatiku hangat dengan cinta. Ia orang tuaku satu-satunya yang kupunya saat ini.

Dari Papa aku belajar untuk tak mengeluh saat tak dibelikan sebatang es krim yang kuinginkan. Ditunjuknya orang gelandangan di emperan toko, ada mereka yang lebih merana menahan laparnya setiap hari karena belum tentu bisa menemukan walau sebutir nasi berhari-hari.

Dari Papa aku belajar untuk tak menangis berlama-lama saat lututku terluka, Ditunjuknya orang-orang tuna netra, tuna rungu ataupun tuna daksa yang tetap bisa bahagia dalam segala yang tak mereka punya.

Dari Papa aku belajar untuk memulia dan menghargai insan, saat aku dan adik-adikku mentertawakan nama seseorang yang terdengar lucu di pendengaran. Papaku bilang :
"Jangan hina nama seseorang, ia pemberian tak ternilai orang tuanya. Orang tua yang mencintainya, seperti Papa yang mencintai kalian !" Sejak itu, aku tak pernah berani merendahkan seseorang, bahkan meski orang itu memang "rendah" dikatakan orang.

Dalam usia 4 tahunku, Papa memelukku saat aku bisa mengeja berita di koran paginya. Papa guru pertamaku yang mengajariku membaca. Hingga masa-masa kuliahku, Papalah yang setia mengantar menjemputku kemana tempat yang beliau khawatirkan aku tanpa perlindungannya.

Dalam sunyi diamnya, aku merasakan kasihnya.
Kini, saat kubelai kasih buah hatiku dalam sakitnya, selalu kuingat cinta orang tuaku. Setiap ucap lisannya terpatri jelas dalam sanubariku. Bahwa Allah selalu bersama, walau kita merasa jauh denganNYA. Maka tentramkan hati tanpa takut lagi. Semua akan baik-baik saja.

Tanggal 5 November 2012, hari senin dan jam terakhir menjelang kepulangan Zahra dari rumah sakit, kutemukan buku gambar di pembaringan saat sedang kurapihkan.
"Buku gambar Zahra !" Pekik hatiku.
Kubuka dan kujenguk isinya,penuh dengan gambar bercerita seperti buku komik layaknya. Ia membuat cerita imajinasinya lengkap dengan gambarnya. Namun yang membuatku tercekat adalah tulisan Zahra di lembaran terakhir buku gambarnya :

Ya Allah, terimakasih sudah mengambil penyakitku
Maafkan aku yang banyak mengeluh
Beri aku tambahan kesabaran lagi
Supaya aku bisa belajar dan sekolah lagi
Agar bisa aku membalas dan lebih berbakti kepada Umi dan Abi


I Love Umi
Runtuh hati dan menitis air mata untuk kesekian kali
Betapa selalu kudapat bahagia, meski dari tempat yang penuh nestapa
Terimakasih ya Allah, atas segala cinta ...
Bogor, 6 November 2012
You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
2.   SURAT 3. ALI 'IMRAN             


PENTING : Jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)