Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

Kamis, 06 Desember 2012

Kisah Rasulullah



Kisah Rasulullah
Aku Hanyalah Seorang Hamba

Kalau ada pakaian yang robek, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memeras susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.

Sayidatina ‘Aisyah menceritakan “Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.”

Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’)

‘Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, “Jika begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.

Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, “Mengapa engkau memukul isterimu?” Lantas dijawab dengan agak gementar, “Isteriku sangat keras kepala. Sudah diberi nasehat dia tetap bandel, jadi aku pukul dia.”

“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi s.a.w. “Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu bagi anak-anakmu?”

Pernah baginda bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”

Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi kepala keluarga tidak menampakkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

Pada suatu ketika baginda menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggeretak seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.

Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai bersembahyang, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”

“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”

“Ya Rasulullah… mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergeser di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergerak tubuh baginda.

“Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?”

Lalu baginda menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nati, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?”

“Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.

Baginda hanya diam dan bersabar ketika kain rida’nya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Baduwi hingga berbekas merah di lehernya.

Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Baduwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

Mengenang pribadi yang amat halus ini, timbul persoalan dalam diri kita… adakah lagi bayangan pribadi baginda Rasulullah s.a.w. hari ini?

Apakah rahasia yang menjadikan jiwa dan akhlak baginda begitu indah? Apakah yang menjadi rahasia kehalusan akhlaknya hingga sangat memikat dan menjadikan mereka begitu tinggi kecintaan padanya.

Apakah kunci kehebatan peribadi baginda yang bukan saja sangat bahagia kehidupannya walaupun di dalam kesusahan dan penderitaan, bahkan mampu pula membahagiakan orang lain tatkala di dalam derita. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan yang sudah menyatu dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan.

Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam kesendirian.

Ketika pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiklnya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. ketika ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah, “Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin masuk Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?”

Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”


You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
2.   SURAT 3. ALI 'IMRAN             
                                       

PENTING : Jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)

Jembatan Gantung Malili Luwu Timur Putus


Satu Bocah Tewas, Puluhan Warga Masih Pencarian
Baru sepekan rampung, jembatan gantung yang menghubungkan Kelurahan Malili dan Desa Wewangriu, Kabupaten Luwu Timur, Rabu 5 Desember, tiba-tiba putus.
Seorang bocah bernama Muhammad Naban Alfarizi  dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut. Bocah berusia lima tahun tersebut ditemukan tak bernyawa setelah terjatuh ke sungai.

Putusnya jembatan gantung berkapasitas 1,5 ton itu diduga over kapasitas. Di saat bersamaan, tengah berlangsung
lomba Bala-bala Komandan (perahu) yang dilaksanakan di Sungai Malili sejak tanggal 2 Desember hingga 6 Desember (hari ini, red).

Kondisi Jembatan Malili Sebelum Putus

Ribuan masyarakat yang memadati lomba ini, sebagian di antaranya menyaksikan dari jembatan gantung, termasuk puluhan bocah yang menerobos masuk untuk menyaksikan jalannya lomba dari dekat. “ Sejak awal lomba, kami (panitia pelaksana, red) melarang warga menonton di atas jembatan karena dikhawatirkan akan putus,” tutur seorang panitia Bala-bala Komandan yang enggan namanya ditulis.

Karena larangan itu tidak digubris, sekitar pukul 15.30,  sisi kanan jembatan mulai goyang karena terus dipadati pengunjung hingga tali gantung yang melekat pada tiang penyanggah jembatan terlepas.

“Saat putus, dentuman bunyi material jembatan memekakkan telinga dan beberapa saat kemudian penonton yang berada di atas jembatan ikut terjatuh ke sungai. Sebagaian lainnya mencoba berpegangan pada tali slang di sisi kiri dan kanan jembatan yang tidak sempat terlepas,” tutur Arfah, seorang saksi mata.

Ratusan penonton dan Tim SAR langsung terjun ke sungai mencari warga, khususnya bocah yang diperkirakan tenggelam. Setelah dilakukan penyisiran dan pencarian hingga ke dasar sungai, beberapa nelayan akhirnya menemukan sesosok bocah yang belakangan diketahui bernama Muh. Naban Alfarizi, warga Desa Wewangriu Malili.
Bocah malang ini selanjutnya dilarikan ke Puskesmas Malili, namun nyawanya tidak tertolong lagi.

Hingga berita ini diturunkan, Tim SAR Malili dan PT. Vale dibantu beberapa nelayan masih melakukan pencarian terhadap sejumlah warga yang diperkirakan hilang dan tenggelam di sungai.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Luwu Timur, Hirfan yang dihubungi malam tadi, mengatakan, putusnya jembatan gantung Malili itu terjadi karena over load.

Dia menyebutkan, jembatan gantung yang dibangun sejak tahun 2010 ini panjangnya mencapai 100 meter.  Pada 2010, biaya pembangunan dialokasikan sekitar Rp300 juta dari APBD. Tapi, pada 2011 sempat mandek karena minimnya dana. Pada 2012 ini, lanjut Hirfan, pemerintah Luwu Timur mengalokasikan anggaran sebesar Rp239 juta untuk perampungan.

Hirfan juga belum berani berspekulasi apakah putusnya jembatan ini murni karena over kapasitas atau ada kesalahan bestek dari pengerjaan yang dilakukan CV Karya Pribumi. “Itu kita akan turunkan tim. Kalau ada penyimpangan dari konstruksi, tentunya pengelola proyek akan bertanggung jawab,” katanya.

Anggota DPRD Luwu Timur, Herdinang merasa prihatin terhadap putusnya jembatan gantung yang menewaskan seorang bocah di Malili itu.
Legislator Partai Demokrat ini berjanji akan melakukan investigasi terhadap putusnya jembatan gantung ini. Dewan akan mengusut apakah putusnya jembatan karena kelebihan muatan atau faktor lain. Setelah tiba di Malili, kalangan dewan langsung turun di lapangan.

You might also like:
TERJEMAHAN  ALQUR’AN 30 JUZ
2.   SURAT 3. ALI 'IMRAN             
                                       

PENTING : Jika Anda merasa website ini bermanfaat, mohon do'akan supaya Allah mengampuni seluruh dosa-dosa Keluarga kami, dan memanjangkan umur keluarga kami dalam ketakwaan pada-Nya. Mohon do'akan juga supaya Allah selalu memberi Keluarga kami rezeki yang halal,melimpah,mudah dan berkah, penuh kesehatan dan waktu luang, supaya kami dapat memperbanyak amal shalih dengannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya [sesama muslim] tanpa sepengetahuan saudaranya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(Hadits Shahih, Riwayat Muslim No. 4912)